Jumat, 24 Maret 2017

Nilai Budaya Batak Toba

Nilai Budaya Batak Toba
BAB 1
Pembuka
1.1 Latar belakang
Budaya adalah warisan yang melekat dalam diri seseorang karena pada dasarnya budayaan sangatlah penting bagi masyarakat dan mencerminkan ciri dari daerahnya masing - masing. Kebudayaan mengcangkup pengetahuan, kepercayaan , kesenian, moral, hukum, adat istiadat dan kemampuan - kemampuan lain serta kebiasan - kebiasaan yang di lakukan sebagai manusia dengan kata lain kebudayaan mengcangkup kesemuanya yang didapatkan atau di pelajari oleh manusia sebagai anggota masyarakat.

1.2 Tujuan
Tujuan artikel ini adalah memperkenalkan budaya Batak sebagai salah satu ciri khas bangsa indonesia


BAB 2
ISI
1. KEKERABATAN
Yang mencakup hubungan premordial suku, kasih sayang atas dasar hubungan darah, kerukunan unsur-unsur Dalihan Na Tolu (Hula-hula, Dongan Tubu, Boru), Pisang Raut (Anak Boru dari Anak Boru), Hatobangon (Cendikiawan) dan segala yang berkaitan hubungan kekerabatan karena pernikahan, solidaritas marga dan lain-lain.

2. RELIGI
Mencakup kehidupan keagamaan, baik agama tradisional maupun agama yang datang kemudian yang
mengatur hubungannya dengan Maha Pencipta serta hubungannya dengan manusia dan lingkungan hidupnya.

3. HAGABEON
Banyak keturunan dan panjang umur. satu ungkapan tradisional Batak yang terkenal yang disampaikan pada saat upacara pernikahan adalah ungkapan yang mengharapkan agar kelak pengantin baru dikaruniakan putra 17 dan putri 16. Sumber daya manusia bagi orang Batak sangat penting. Kekuatan yang tangguh hanya dapat dibangun dalam jumlah manusia yang banyak. Ini erat hubungannya dengan sejarah suku bangsa Batak yang ditakdirkan memiliki budaya bersaing yang sangat tinggi. Konsep Hagabeon berakar, dari budaya bersaing pada jaman purba, bahkan tercatat dalam sejarah perkembangan, terwujud dalam perang huta (kampung/tradisional). Dalam perang tradisional ini kekuatan tertumpu pada jumlah personil yang besar. Mengenai umur panjang dalam konsep hagabeon disebut SAUR MATUA BULUNG (seperti daun, yang gugur setelah tua). Dapat dibayangkan betapa besar pertambahan jumlah tenaga manusia yang diharapkan oleh orang Batak, karena selain setiap keluarga diharapkan melahirkan putra-putri sebanyak 33 orang, juga semuanya diharapkan berusia lanjut.

4. HASANGAPON
Kemuliaan, kewibawaan, kharisma, suatu nilai utama yang memberi dorongan kuat untuk meraih kejayaan. Nilai ini memberi dorongan kuat, lebih-lebih pada orang Toba, pada jaman modern ini untuk meraih jabatan dan pangkat yang memberikan kemuliaan, kewibawaan, kharisma dan kekuasaan.

5. HAMORAON
Kaya raya, salah satu nilai budaya yang mendasari dan mendorong orang Batak, khususnya orang Toba, untuk mencari harta benda yang banyak.

6. HAMAJUON
Kemajuan, yang diraih melalui merantau dan menuntut ilmu. Nilai budaya hamajuon ini sangat kuat mendorong orang Batak bermigrasi keseluruh pelosok tanah air. Pada abad yang lalu, Sumatra Timur dipandang sebagai daerah rantau. Tetapi sejalan dengan dinamika orang Batak, tujuan migrasinya telah semakin meluas ke seluruh pelosok tanah air untuk memelihara atau meningkatkan daya saingnya.

7. HUKUM
Patik dohot uhum (aturan dan hukum). Nilai patik dohot uhum merupakan nilai yang kuat di sosialisasikan oleh orang Batak. Budaya menegakkan kebenaran, berkecimpung dalam dunia hukum merupakan dunia orang Batak.

Nilai ini mungkin lahir dari tingginya frekuensi pelanggaran hak asasi dalam perjalanan hidup orang Batak sejak jaman purba. Sehingga mereka mahir dalam berbicara dan berjuang memperjuangkan hak-hak asasi. Ini tampil dalam permukaan kehidupan hukum di Indonesia yang mencatat nama orang Batak dalam daftar pendekar-pendekar hukum, baik sebagai Jaksa, Pembela maupun Hakim.

8. PENGAYOMAN
Dalam kehidupan sosio-kultural orang Batak kurang kuat dibandingkan dengan nilai-nilai yang disebutkan terdahulu. ini mungkin disebabkan kemandirian yang berkadar tinggi. Kehadiran pengayom, pelindung, pemberi kesejahteraan, hanya diperlukan dalam keadaan yang sangat mendesak.

9. KONFLIK
Dalam kehidupan orang Batak Toba kadarnya lebih tinggi dibandingkan dengan yang ada pada Angkola-Mandailing. Ini dapat dipahami dari perbedaan mentalitas kedua sub suku Batak ini. Sumber konflik terutama ialah kehidupan kekerabatan dalam kehidupan Angkola-Mandailing. Sedang pada orang Toba lebih luas lagi karena menyangkut perjuangan meraih hasil nilai budaya lainnya. Antara lain Hamoraon yang mau tidak mau merupakan sumber konflik yang abadi bagi orang Toba.
PENUTUP

Artikel ini memberitahu kita agar kita sebagai bangsa Indonesia harus saling mengetahui dan juga saling menghormati semua budaya budaya yang ada di Indonesia.

Orientasi Nilai Budaya Indonesia

Orientasi Nilai Budaya Indonesia
BAB 1
Pembuka
1.1 Latar belakang
Nilai budaya adalah nilai yang tertanam dalam masyarakat, sebagai simbol dan karateristik tertentu yang menbedakan satu dan lainnya sebagai acuan perilaku dan tanggapan atas apa yang terjadi.
Banyak nilai kehidupan yang tertanam didalam setiap budaya yang ada di dunia. Nilai setiap kebuduyaan berbeda - beda pada dasarnya tetapi kebanyak kebudayaan di dunia ini memiliki orientasi orientasi yang baik.

1.2 Tujuan
Tujuan artikel ini untuk mengingatkan kita sebagai warga Negara Indonesia agar kita menjaga budaya budaya yang ada di Indonesia agar bisa menjadi ciri khas Negara indonesia

BAB 2
ISI
2.1   Pengertian kebudayaan Secara Singkat
Melville J.Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Dari berbagai definisi mengenai kebuadayaan, dapaat diperoleh pengertian mengenai kebuayaan adalah suatu yang akan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari hari, kebudayaan itu bersifat absatrak.sedangkan perwujudan kebudayaan itu sendiri adalah benda benda yang di ciptakan manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda benda yang bersifat nyata, misalnya dalam pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni dan sebagainya. Yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat luas.
Inti dari aspek aspek tersebut adalah untuk mengajarkan kepada kita semua bagaimana kita bisa menyelaraskan kehidupan kita dengan kehidupan yang lain seperti alam, hewan, tumbuhan , manusia dan sebagainya.
2.2   Nilai Nilai Budaya Budaya Bangsa Indonesia
Bangsa indonesia adalah bangsa yang memiliki nilai nilai budaya yang sangat kaya dengan beragam suku yang berada di indonesia. Ragam suku yang berada di daerah – daerah indonesia membuat masing masing daerah tersebut memiliki khas budayanya masing – masing, namun secara umum nilai – nilai budaya bangsa indonesia ini memiliki kesamaan yang khas.
Salah satu kebudayaan khas bangsa indonesia adalah gotong royong. Gotong royong merupakan suatu konsep yang erat sangkut pautnya dengan kehidupan rakyat indonesia sebagai masyarakat agraris, oleh karena itu gotong royong bernilai tinggi. Gotong royong merupakan sistem pengerahan tenaga tambahan dari luar kalangan untuk mengisi kekurangan tenaga pada masa – masa sibuk dalam lingkaran aktifitas tolong menolong antar masyarakat. Aktivitas tersebut tampak dalam antar tetangga, antar kerabat dana terjadi secara spontan tanpa ada permintaan atau pamrih bila ada sesama yang sedang kesusahaan.
Nilai budaya khas bangsa indonesia lainnya yaitu saling menghargai. Saling menghargai adalah salah satu dampak positif dari keberagaman suku di indonesia, dengan banyaknya perbedaan dan keberagaman di indonesia, justru membuat bangsa indonesia belajar mengesampingkan perbedaan dan lebih menghargai agar tidak terjadi gesekan antar sesama bangsa indonesia.
Nilai budaya khas bangsa indonesia berikutnya adalah musyawarah atau mufakat. Musyawarah berasal dari kata Syawara yaitu berasal dari Bahasa Arab yang berati Berunding, urun rembuk atau mengatakan dan mengajukan sesuatu, istilah istilah lain dalam tata Negara Indonesia dan kehidupan modern tentang musyawarah dikenal dengan sebutan “syoro”, “rembug desa”,”kerapatan nagari” bahkan “demokrasi”. Musyawarah atau mufakat adalah nilai yang begitu melekat pada bangsa indonesia, nilai ini menekankan alangkah lebih baiknya jika segala sesuatunya dirungding terlebih dahulu dan ditimbang baik atau buruknya. Musyawarah atau mufakat dapat menghindari dari keputusan yang terburu – buru dan kurang tepat.
Budaya khas lain yang dimiliki oleh masyarakat bangsa indonesia adalah negara dan ideologi agam yang mengakar di lapisan masyarakat saling tumpang tindih. Hal tersebut menjadi sangat sulit dibedakan. Indonesia merupakan contoh yang hebat dari adanya kesesuaian islam (ideologi agama) dengan demokrasi ( Wahid. 2001). Walaupun masyarakat indonesia mayoritas beragama islam tetapi indonesia buakn merupakan negara dengan pemerintahan yang bersifat teokrasi. Masyarakat indonesia menyetujui adanya nilai nilai patriotik, dan hal tersebut di jadikan dasar pembentuk negara indonesia. Pada era reformasi peluang berpolitik semakin terbuka lebar, namun peranan agama disini harus hilang sebagai sikap toleransi. Sekalipun agama memainkan peran penting dalam nilai – nilai bermasyarakat tetapi arena politik harus sejalan dengan sebagai agama metinya politik(Wahid, 2001)

PENUTUP

Artikel ini memberitahu kepada kita sebagai bangsa indonesia harus berorientasi kepada nilai budaya indonesia dengan cara menjaga kebudayaan itu sebagai ciri khas bangsa indonesia