Nilai Budaya Batak Toba
BAB 1
Pembuka
1.1 Latar belakang
Budaya adalah warisan yang melekat dalam diri seseorang
karena pada dasarnya budayaan sangatlah penting bagi masyarakat dan
mencerminkan ciri dari daerahnya masing - masing. Kebudayaan mengcangkup
pengetahuan, kepercayaan , kesenian, moral, hukum, adat istiadat dan kemampuan
- kemampuan lain serta kebiasan - kebiasaan yang di lakukan sebagai manusia
dengan kata lain kebudayaan mengcangkup kesemuanya yang didapatkan atau di
pelajari oleh manusia sebagai anggota masyarakat.
1.2 Tujuan
Tujuan artikel ini adalah memperkenalkan budaya Batak sebagai
salah satu ciri khas bangsa indonesia
BAB 2
ISI
1. KEKERABATAN
Yang mencakup hubungan premordial suku, kasih sayang
atas dasar hubungan darah, kerukunan unsur-unsur Dalihan Na Tolu (Hula-hula,
Dongan Tubu, Boru), Pisang Raut (Anak Boru dari Anak Boru), Hatobangon (Cendikiawan)
dan segala yang berkaitan hubungan kekerabatan karena pernikahan, solidaritas
marga dan lain-lain.
2. RELIGI
Mencakup kehidupan keagamaan, baik agama tradisional
maupun agama yang datang kemudian yang
mengatur hubungannya dengan Maha Pencipta serta
hubungannya dengan manusia dan lingkungan hidupnya.
3. HAGABEON
Banyak keturunan dan panjang umur. satu ungkapan
tradisional Batak yang terkenal yang disampaikan pada saat upacara pernikahan
adalah ungkapan yang mengharapkan agar kelak pengantin baru dikaruniakan putra
17 dan putri 16. Sumber daya manusia bagi orang Batak sangat penting. Kekuatan
yang tangguh hanya dapat dibangun dalam jumlah manusia yang banyak. Ini erat
hubungannya dengan sejarah suku bangsa Batak yang ditakdirkan memiliki budaya
bersaing yang sangat tinggi. Konsep Hagabeon berakar, dari budaya bersaing pada
jaman purba, bahkan tercatat dalam sejarah perkembangan, terwujud dalam perang
huta (kampung/tradisional). Dalam perang tradisional ini kekuatan tertumpu pada
jumlah personil yang besar. Mengenai umur panjang dalam konsep hagabeon disebut
SAUR MATUA BULUNG (seperti daun, yang gugur setelah tua). Dapat dibayangkan
betapa besar pertambahan jumlah tenaga manusia yang diharapkan oleh orang Batak,
karena selain setiap keluarga diharapkan melahirkan putra-putri sebanyak 33
orang, juga semuanya diharapkan berusia lanjut.
4. HASANGAPON
Kemuliaan, kewibawaan, kharisma, suatu nilai utama
yang memberi dorongan kuat untuk meraih kejayaan. Nilai ini memberi dorongan
kuat, lebih-lebih pada orang Toba, pada jaman modern ini untuk meraih jabatan
dan pangkat yang memberikan kemuliaan, kewibawaan, kharisma dan kekuasaan.
5. HAMORAON
Kaya raya, salah satu nilai budaya yang mendasari dan
mendorong orang Batak, khususnya orang Toba, untuk mencari harta benda yang
banyak.
6. HAMAJUON
Kemajuan, yang diraih melalui merantau dan menuntut
ilmu. Nilai budaya hamajuon ini sangat kuat mendorong orang Batak bermigrasi
keseluruh pelosok tanah air. Pada abad yang lalu, Sumatra Timur dipandang
sebagai daerah rantau. Tetapi sejalan dengan dinamika orang Batak, tujuan
migrasinya telah semakin meluas ke seluruh pelosok tanah air untuk memelihara
atau meningkatkan daya saingnya.
7. HUKUM
Patik dohot uhum (aturan dan hukum). Nilai patik dohot
uhum merupakan nilai yang kuat di sosialisasikan oleh orang Batak. Budaya
menegakkan kebenaran, berkecimpung dalam dunia hukum merupakan dunia orang
Batak.
Nilai ini mungkin lahir dari tingginya frekuensi
pelanggaran hak asasi dalam perjalanan hidup orang Batak sejak jaman purba.
Sehingga mereka mahir dalam berbicara dan berjuang memperjuangkan hak-hak
asasi. Ini tampil dalam permukaan kehidupan hukum di Indonesia yang mencatat
nama orang Batak dalam daftar pendekar-pendekar hukum, baik sebagai Jaksa,
Pembela maupun Hakim.
8. PENGAYOMAN
Dalam kehidupan sosio-kultural orang Batak kurang kuat
dibandingkan dengan nilai-nilai yang disebutkan terdahulu. ini mungkin
disebabkan kemandirian yang berkadar tinggi. Kehadiran pengayom, pelindung, pemberi
kesejahteraan, hanya diperlukan dalam keadaan yang sangat mendesak.
9. KONFLIK
Dalam kehidupan orang Batak Toba kadarnya lebih tinggi
dibandingkan dengan yang ada pada Angkola-Mandailing. Ini dapat dipahami dari
perbedaan mentalitas kedua sub suku Batak ini. Sumber konflik terutama ialah
kehidupan kekerabatan dalam kehidupan Angkola-Mandailing. Sedang pada orang
Toba lebih luas lagi karena menyangkut perjuangan meraih hasil nilai budaya
lainnya. Antara lain Hamoraon yang mau tidak mau merupakan sumber konflik yang
abadi bagi orang Toba.
PENUTUP
Artikel ini memberitahu kita agar kita sebagai bangsa
Indonesia harus saling mengetahui dan juga saling menghormati semua budaya
budaya yang ada di Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar